Kelelawar kecil makhluk yang nakal, senang bermain-main tanpa mengenal waktu. Suatu malam, ia memutuskan terbang sendirian ke tempat yang jauh mencari makanan. Kelelawar kecil terbang, terbang sendiri meninggalkan gua lamanya. Kelelawar kecil terbang, terbang menuju tempat yang baru.
Kelelawar kecil senang, makanan terasa lebih enak. Waktu cepat berlalu, saatnya mencari tempat tinggal. Kelelawar kecil terbang berputar-putar. Kelelawar kecil lelah, sayap kecilnya mulai bergetar lemah. ”Mungkinkah, mungkinkah masih ada gua tersisa untukku disini?”
Saat hampir menyerah, kelelawar kecil mendengar sebuah suara.
”Kamu bisa tinggal disini, tapi aku tidak disa memberimu apa-apa,” bisik gua.
”Aku tidak butuh apa-apa, hanya tempat untuk bernaung.”
”Kalau begitu masuklah, ini terlalu larut untukmu berada di luar sana sendirian.”
Kelelawar senang, ia memiliki segalanya.
Waktu berlalu, kelelawar mulai menandakan teritorinya pada gua tersebut.
”Kamu tidak boleh membiarkan orang lain masuk, aku butuh kamu untuk diriku sendiri.”
”Tapi aku tidak bisa...”
Kelelawar kecil terlalu banyak menuntut, gua mulai meragukan kelelawar kecil.
”Aku tidak bisa...Kamu harus mulai belajar...”
”Kamu tidak mau menerima aku lagi?”
”Kamu harus belajar..Tidak selamanya ada gua untuk menaungimu.”
”Tapi aku tidak mungkin bertahan tanpa gua.”
Gua terdiam. Kelelawar kecil mengerti.
Kelelawar kecil mengerti, gua yang ini bukan untuknya. Kelelawar kecil mengerti, tidak selalu ada gua untuk menaunginya. Kelelawar kecil amat mengerti, tetapi ia tetap tidak bisa hidup tanpa gua. Lagipula, ia hanyalah seekor kelelawar kecil. Kelelawar kecil mengerti, ini saatnya mencari gua yang baru.
Kelelawar kecil terbang, mencari gua untuknya sendiri. Kelelawar kecil terbang, meninggalkan gua sendiri. Kelelawar kecil terbang, terbang seorang diri.
”Mungkinkah, mungkinkah masih ada gua tersisa untukku disini?”